kain kafan yang dicurigai kepunyaan Sang Kristus
Dari berbagai situs Kristiani yang menceritakan tentang peristiwa penyaliban tersebut, saya temukan ada satu tulisan dari Pastor Gabriele Antonelli, CP.Lic.Theol, mengenai Kain Kafan Kudus, yang diyakini sebagai kain pembungkus tubuh Kristus setelah diturunkan dari salib, untuk kemudian dimakamkan. mengupas soal siapa Orang ini dan kaitannya dengan Isa Al Masih dalam peristiwa penyaliban serta kematian Kristus. Tulisan ini khusus membahas apa saja hal-hal yang ditemukan pada Kain Kafan Kudus itu dan dikaitkan dengan berita yang ada pada Injil mengenai kematian Kristus, untuk memuktikan kebenaran bahwa Kain Kafan Kudus adalah kain yang digunakan untuk membungkus tubuh Kristus.
Selama ini dipercaya bahwa gambar Yesus Kristus diambil dari gambar wajah Manusia Kain Kafan yang tersimpan di Turin atau Torino, Italia. Wajah Manusia Kain Kafan ternyata sama dengan wajah pada Kain Peluh yang disimpan di Oviedo, Spanyol dan yang menarik, ciri-ciri noda darah pada Kain kafan Kudus itu sama dengan noda darah pada Kain Peluh itu. Tentu ada sejarahnya mengapa Kain Kafan dan kain Peluh dari Tanah Yudea bisa berada di Italia dan Spanyol, tetapi bukan itu yang akan dikisahkan di sini.
Hal yang bisa kita cermati adalah informasi yang didapat dari Kain Kafan Kudus yang padanya terdapat cetakan seluruh tubuh Si Manusia Kain kafan, lengkap dengan segala luka dan bekas deraan. Informasinya adalah, Kain Kafan Kudus itu dilipat delapan kali dan pada kain kafan tsb, didapati bukan hanya wajah Kristus tetapi juga seluruh tubuh Si Manusia Kain Kafan. Noda darah yang tetap merah meski telah mengering menunjukkan bahwa Si Manusia Kain kafan telah mengalami siksaan yang sangat hebat. Bahwa dari tes DNA, diketahui kromosom pada darah itu adalah XY, menjelaskan bahwa darah tersebut dari tubuh seseorang berjenis kelamin laki-laki.
Kemudian golongan darahnya AB, jenis golongan darah yang lumayan langka. Dan yang mengerikan adalah dari jejak yang ditemukan pada kain kafan itu, diketahui bahwa Si Manusia Kain Kafan mengalami sekitar 120 kali deraan yang dilakukan secara sistematis, menunjukkan dilakukan oleh seorang jagal profesional, padahal hukum Yahudi pada zaman Yesus Kristus hidup, hanya mengizinkan 40 kali deraan saja dikurangi satu deraan untuk menghukum seorang penjahat.
Artinya jumlah deraan yang banyak itu menunjukkan kepada sistem hukuman a la Romawi yang tidak membatasi jumlah deraan. Ingat, pada zaman Kristus hidup, Tanah Palestina masuk dalam jajahan Kekaisaran Romawi. Jejak darah juga menjelaskan Manusia Kain kafan didera dalam keadaan terikat dan membungkuk. Kemudian setelah didera, Manusia Kain Kafan harus memikul patibulum/kayu salib.
Hal lain yang bia disimpulkan dari jejak gambar pada kain kafan tsb, adalah penggunaan mahkota duri yang tidak seperti yang digambarkan secara umum pada gambar Kristus. Jika selama ini kita lazim melihat Kristus memakai mahkota duri melingkari dahinya, itu adalah hasil dari devosi dan gaya lukis Eropa dari Abad Pertengahan, maka jejak darah pada kain kafan di bagian kepala Si Manusia Kain Kafan menunjukkan mahkota duri yang dianyam membentuk bulatan seperti helm.
Ditunjukkan dengan lebih dari 50 buah luka tusukan di sebelah kiri dan kanan kepala dan tusukan yang menembus vena serta arteri. Ingat bahwa pengetahuan medis tentang vena dan arteri baru ditemukan pada 1595, maka jejak darah dan gambar wajah pada Kain Kafan Kudus itu dipercaya sebagai bukan hasil dari rekayasa seseorang pada Abad ke-13, seperti yang dituduhkan oleh beberapa oknum ilmuwan yang tidak mempercayai kisah Injil. Ya, kalau memang itu hasil rekayasa, apa, iya, si perekayasa bisa tahu tepat persis mana vena, mana arteri?
Ada hal yang paling menarik yang ditemukan pada kain Kafan Kudus itu. Menunjuk pada kisah dalam Injil bahwa Yesus Kristus bangkit ada hari ketiga setelah kematianNya, maka jejak-jejak yang ada pada kain Kafan Kudus itu menunjukkan bahwa tubuh Manusia Kain Kafan tidak sempat mengalami pembusukan dan bahwa tubuh tersebut berada dalam kain kafan hanya sekitar 30 sampai 36 jam sejak kematiannya. Sebab jika seseorang mati dan tubuhnya dibalut kain kafan, umumnya mayat akan mengalami pembusukkan setelah melewati 36 jam dari kematian dan mayat akan mengeluarkan gas amoniak dan gas tsb akan menutupi seluruh bagian kain kafan. Tapi tidak ditemukan jejak gas amoniak pada Kain Kafan Kudus. Jika seseorang pada Abad ke-13 merekayasa gambar pada kain tsb, berarti si perekayasa harus memikirkan mengeluarkan jenazah sebelum lewat 36 jam sejak kematian, dan menggambar sama persis dengan posisi jenazah sebelum dikeluarkan.
Masih banyak lagi hal-hal menarik ditemukan dari Kain Kafan Kudus yang justru menguatkan kisah yang ditulis dalam Injil, yang membuktikan bahwa benar, sosok yang dibungkus oleh kain itu adalah sesosok manusia yang benar-benar mengalami siksaan hebat. Bagian wajah Si Manusia Kain Kafan memancarkan wajah yang rusak parah karena deraan, sedih namun tetap tenang penuh keagungan. Wajah inilah yang menjadi acuan penggambaran tentang wajah Kristus di mana-mana, terlepas dari devosi yang dilakukan oleh seniman Eropa di Abad Pertengahan. Lihat gambar terlampir.
Bagi para pengikutnya, Kristus yang sudah mati disalib, kematianNya justru membuka pintu untuk menuju ke hadirat Allah tanpa penghalang. Kristus adalah Anak Domba yang jadi tumbal agar manusia dibebaskan dari cengkeraman dosa dan maut, tidak perlu lagi manusia menanggung hukuman yang teramat menyiksa tsb karena Kristus sudah membayar semuanya lunas dengan hidupNya. Menilik dari kisah yang tergambar dari Kain Kafan Kudus, disimpulkanbahwa belum ada sesiapapun manusia di bumi ini yang mampu menahan siksaan teramat hebat seperti itu selain dari Anak Manusia. Ada yang mungkin sempat membaca kesaksian dari Jim Caviezel, pemeran Kristus dalam The Passion of Christ yang menuturkan, bahwa siksaan yang digambarkan dalam film itu, baru 30% dari siksaan asli yang diterima Kristus, kayu salib yang ditanggung Caviezel dibuat lebih ringan dan lebih kecil, hanya 30% dari kayu salib aslinya. Sudah begitupun Caviezel masih sempat mengeluh betapa beratnya siksaan dalam film itu meski sudah diberikan pengaman.
Bagi yang percaya bahwa Kristus adalah Mesias, peringatan kematianNya semestinya menjadi renungan yang membawa pencerahan akan kasih Tuhan yang begitu tulus kepada segenap umat manusia yang dikasihiNya. Kasih yang rela berkorban agar manusia tidak binasa jiwanya karena kuasa maut. Tapi sejauh mana manusia bersedia balik mengasihiNya? Sebab yang sering terjadi adalah, manusia-manusia yang ada justru menyalibkan Kristus kembali berkali-kali.
Selamat menghayati Jumat Agung. Kiranya keagungan kasih Kristus kepada kita semua menjadi pijakan kita untuk memelihara damai dan mengasihi sesama kita. Amin.
Kutipan : Linda Cheang
Categories:
News