Gerakan Pemuda Dayak Indonesia Kalimantan Tengah (GPDI-KT) dan Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng menolak rencana pembentukan organisasi Fron Pembela Islam (FPI) di wilayah Kalteng.
Penolakan itu disampaikan Ketua Umum GPDI-KT Yansen A Binti, melalui Surat No 09/GPDI-KT/II/2012 tertanggal Kamis (9/2), perihal penolakan terhadap kehadiran FPI di bumi Pancasila Tambun Bungai. Dalam surat itu berisi, penolakan ini atas instruksi lisan dari Ketua Umum DAD Kalteng Sabran Achmad, yang secara tegas menolak dan tidak setuju atas kehadiran FPI di Kalteng.
Penolakan itu sebagai respons atas rencana pelantikan pengurus FPI pada Sabtu (11/2), di Kabupaten Kapuas. “Selaku masyarakat Dayak, kami menolak kehadiran FPI di Kalteng. Karena selama ini FPI sudah banyak melakukan kegiatan yang sering membuat keresahan di masyarakat. Sedangkan selama ini kerukunan beragama di Kalteng sangat kondusif,” tegas Yansen.
Yansen juga meminta aparat keamanan, dalam hal ini pihak kepolisian, agar tidak memberikan izin dan membatalkan apabila terjadi pelantikan pengurus FPI di wilayah Kalteng. Karena Kalteng yang mempunyi filosofi hidup belum bahadatdalam bingkai flsafah budaya huma betang, sudah terbukti dan teruji mampu memelihara dan menjaga keharmonisan masyarakat serta kerukunan antarumat beragama.
Kalteng juga sudah menjadi sorotan dunia dan di kenal di seluruh Indonesia, sehingga sering menjadi tempat studi banding dari kota lain yang datang melihat dan mempelajari bagaimana memelihara kerukunan umat beragama dengan predikat terbaik se-Indonesia.
Alasan lain, sebut Yansen, Kalteng sudah membentuk organisasi antarumat beragama, yaitu Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), dan Komunitas Intelijen Daerah (Kominda) yang tujuannya untuk memelihara serta menjaga kerukunan masyarakat antarumat beragama di Kalteng.
Ditegaskan pula, untuk lebih jauh membahas masalah ini, GPDI-KT dan DAD Kalteng akan mengadakan rapat bersama di Sekretariat DAD Kalteng, kompleks Kantor Gubernur pada Jumat (10/2). Namun secara garis besar, 2 organisasi lokal ini menolak dengan tegas kehadiran FPI di Kalteng.
Akibat penolakan tersebut, Ratusan pemuda Dayak Kalimantan Tengah berunjuk rasa sebagai aksi penolakan kedatangan tokoh FPI di bundaran besar Palangka Raya. Ratusan pemuda Dayak tersebut mendeklarasikan berdirinya Barisan Pertahanan Masyarakat Adat Dayak Kalteng. Turut hadir dalam unjuk rasa di bundaran besar ini antara lain Wakil Sekjen Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) yang juga Sekretaris Daerah Kalimantan Tengah Siun Jarias dan Wakil Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalimantan Tengah Lukas Tingkes.
Saat berorasi, Lukas Tingkes menolak FPI di Kalimantan Tengah dan tidak boleh ada kegiatannya di Kalteng. “Jangan ada orang luar yang mengatur kehidupan masyarakat Kalteng dan juga meminta kepada aparat kepolisian menjaga keamanan di Kalteng,” katanya.
Sedangkan Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq dan rombongan tetap bersikerasuntuk pergi ke Palangka Raya, Kalimantan Tengah, untuk melaksanakan perencanaan mereka tersebut. Namun sialnya, kedatangan mereka dihadang sekitar 800 orang dari Suku Dayak di Bandara Udara Cilik Riwut Palangka Raya. Massa sejak pagi hari sudah berkumpul di semua sudut ruang bandara dengan memakai ikat kepala merah dan ada juga yang membawa senjata tradisional seperti tombak dan mandau.
Dari pantauan di lapangan, massa mulai berkerumun sejak pagi hari di bandara. Rombongan yang diduga adalah FPI berjumlah empat orang termasuk Habib Rizieq datang ke Palangkaraya dengan menggunakan pesawat Sriwijaya dari Jakarta. Ratusan pemuda Dayak ini sebelum pesawat mendarat sudah tidak sabar mengusir rombongan FPI dari Palangkaraya.
Saat pesawat bernomor badan PK-JNA itu mendarat sekitar pukul 10.30 WIB, ratusan orang yang sudah tidak sabar dan terbakar emosinya merangsek masuk ke dalam landasan pesawat (apron) dengan menjebol tiang pagar bandara. Massa menghadang di depan pesawat yang hanya berjarak sekitar 50 meter.
Namun rombongan yang diduga dari FPI itu tidak kunjung keluar sementara para penumpang telah keluar semua. Tak lama kemudian, setelah memasukkan sejumlah barang, akhirnya pesawat Sriwijaya itu kembali berangkat ke Jakarta sekitar pukul 11.00 tanpa membawa penumpang dari Palangkaraya. Akibatnya ada sekitar 110 penumpang yang telantar.
Petugas Sriwijaya, Iwan, mengatakan pihak penerbangan akhirnya mengganti pesawat lain untuk mengangkut penumpang agar tidak telantar. ”Sekitar pukul 13.00 WIB semua penumpang yang berjumlah 110 orang sudah kembali diterbangkan ke Jakarta,” ujarnya.
“Memang itu dari kemarin sore sudah ada gejala. Warga nggak terima terus demo. Mereka sweeping penumpang yang turun dari pesawat,” kata Norman Dani, selaku Kepala Bandara Tjilik Riwut, Palangka Raya.
Norman menjelaskan kedatangan anggota FPI dan Ketua Umum FPI Habib Rizieq kurang mendapat respon positif. Pihak MUI Palangkaraya sebenarnya juga sudah melarang kedatangan Rizieq dan anggotanya untuk mencegah hal-hal yang buruk terjadi.
“Sudah diumumkan juga ke FPI mengenai itu. Tapi kadung sampai di sini. Terus demo-lah warga sampai ke bandara sampai lompat pagar dan masuk ke apron,” jelasnya.
Pihak keamanan bandara pun kalang kabut menghadapi emosi warga yang kurang lebih berjumlah 800 orang. Keamanan bandara berusaha menenangkan warga dengan segala cara termasuk meminta pihak maskapai agar tidak mendaratkan Rizieq dan anggotanya ke Palangkaraya.
“Dari airlines juga menerima itu dan akhirnya divert di Banjarmasin. Kita kan nggak mau terjadi bentrokan dan kerusakan,” ungkapnya.
Operasional Bandara Tjilik Riwut pun terganggu karena warga masuk ke area apron. Akibatnya, Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang dan Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah Brigadir Jenderal Damianus Jacky datang ke bandara meminta warga kembali ke rumah masing-masing karena keamanan sudah ditangani polisi.
Kurang lebih 2,5 jam, akhirnya warga membubarkan diri. Warga diumumkan kalau Rizieq dan anggotanya tidak jadi mendarat di Palangkaraya. Tokoh masyarakat yang berdemo pun membuat surat pernyataan maaf atas kejadian tersebut.